welcome n enjoy ur day

welcom to my simple blog
apa yang bisa anda ambil dari sini?
^^v

Saturday, May 14, 2011

nasib hape saia

Ketika Hape saya sekarat…

Saat menjadi barang umum pada awal kemunculannya, hape pertama yang saya pegang adalah hape Samsung_saya lupa tipe apa_, yang jelas hape itu berwarna biru dilengkapi dengan sungut alias antene. Nasib si biru agak tragis, tanpa sengaja, si biru tersiram ombak air laut Kuta saat study tour SMA ke Bali. Setelah kejadian itu, mugkin si biru marah dengan ketidaksengajan saya. Mungkin si biru ingin saya menyiram dengan air kembang, bukannya dengan air asin. Lantas si biru dengan terang-terangan mulai menunjukan rasa tidak nyaman hidup dalam pemeliharaan saya, Signalnya naik dan turun gunung, terkadang ada, dan terkadang menghilang tanpa sebab. Saya rasa itu adalah akhir dari cerita si biru.. Sebelum kian parah, Oleh ibu si biru di jual, ibu tidak meninggalkan identitas apapun kepada si pembeli, khawatir pembeli tersebut akan mancari kami untuk menggagalkan transaksi yang sudah terjadi, setelah tau si biru tidak pandai mencari signal, hehehe,,,

Sebagai gantinya, Ibu kemudian membelikan hape Nokia tipe 2600 berwarna sikver, saat saya duduk di bangku SMA kelas XII. Ibu adalah tipe orang yang lebih mementingkan fungsi daripada untuk gengsi-gengsian, . _ehm,, sebenarnya dari awal saya sudah tau, itu hanya alasan ibu saja,, hehehe_ sekedar informasi, saat itu hape dengan camera VGA dan bunyi-bunyian berformat WAF dan MP3 sudah banyak berkeliaran. Namun Saya tidak bisa meminta lebih dari ini, mendapat si silver sudah cukup membuat saya puas _kata ibu, pandai-pandailah bersyukur, oke ibu_ J. Tidak ada yang istimewa dengan nokia tipe 2600, namun setidaknya ada perkembangan dari hape sebelumnya, jika si biru hanya berlayar dengan warna hitam dan putih, maka layar si silver sudah berwarna, nada dering si biru masih monophonic, si silver sudah dilengkapi dengan polyphonic…

Si silver menemani saya dari masih di Pekalongan hingga saya menempuh bangku kulih di Semarang, namun Menginjak bangku kuliah tingkat 2, saya mulai bosan sudah dengan si silver ini. Keinginan hati kian melonjak, kemudian berkembang dan membuat saya ingin mempunyai hape dengan kamera dan MP3, mendengarkan music saat tidak ada pekerjaan dan bernarsis ria saat sendiri adalah hal yang menyenangkan, pikir saya waktu itu. Tekadpun muncul, saya mulai mengumpulkan uang demi mendapat hape baru. Bahkan uang saku utuk KKL di Jakarta tidak saya sentuh. Saya tidak membli apa-apa saat itu, bahkan peuyem Bandungpun saya lewatkan begitu saja. Waktu itu terkumpul uang Rp 600rbu. Hem, masih jauh dari kata cukup, minimal saya harus punya uang 1juta. Kurang 400rbu. Ibu sudah tidak mau membantu lagi, beliau ingin saya berusaha sendiri.. Saat kembali dari KKL di Jakarta saya harus kembali ke Jakarta bersama keluarga untuk menghadiri pengukuhan gelar master sosiologi kakak saya mas Nanang di UI. Tidak ingin melewatkan moment bertemu dan mengobrol dengan mas Nanang, tanpa pikir panjang, kemudian saya mengajukan ‘proposal’permohonan penambahan uang untuk membeli hape baru kepada saya mas Nanang. Dia tidak menjawab apa-apa, datar saja expresinya. Saya menyerah, rasanya tidak mungkin mendapat tambahan modal. Saya menunda membeli hape baru dengan camera dan MP3. Sudah lah, untuk sementara, si silver juga masih bisa dipakai, Pikir saya saat itu.

Setelah satu bulan berlalu, saya sudah lupa dengan niatan hape baru, tabungan 600rbu masih tetap di Bank. H-3 lebaran mas Nanang pulang dari tempat dia menetap di Purwokerto. Dia membawakan sesuatu untuk saya. Tidak saya sangka bahkan tidak pernah saya pikirkan, mas nanang membelika saya hape baru. Wow!! Kembali ke merek awal, Samsung dengan tipe SGH E200. Saya Senang bukan kepalang. Namun tabungan saya disita, dan si silver saya dipakai mas nanang, sekarang sudah tidak ada lagi, dijual mungkin..

SGH E200 Lebih-lebih canggih dari 2600. Camera 1.3 pixel cukup bening pada jamanya, music player –seperti yang saya inginkan-, GPRS –love it very much-, memory card 1 gigabyte-cukup besar, walupun pada saat itu juga sudah ada hape dengan kapsitas memory 8 gigabyet, tapi 1 giga sudah lebih dari cukup untuk saya. Bentuknya tpis, berwarna hitam yang elegan. Banyak yang mengagumi keimutannya –saat itu-. Huks..

Saya sangat senang dengan si hitam ini, bangga, tidak memalukan saat mengeluarkannya di keraiman orang. Saya menggunakan semua fasilitas yang ada di SGH ini. Bernarsis ria, mendengarkan music, chatting, saya mengakses friendster hingga facebook, dengan sangat maksimal. Sampai sekarang saya tidak bisa jauh-jauh dari si hitam ini, bahkan saat di isi ulang baterainya, sering masih saya gunakan. Dan tidak saya non-aktifkan seperti yang mas Nanang sarankan untuk memperpanjag usia baterai. Si hitam tahan banting, jarang sekali dia mengeluh atas perlakuan saya. Sampai sekarang semua fasilitas yang ada masih berfungsi dengan baik. Dari segi model, memang sudah ketinggalan dengan hape dengan tombol qwerty, sudah tidak PD saat di tunjukan di keramaian,, hehehe.

Dan petaka itu datang, saya rasa saya kualat karena tidak mendengarkan kata-kata mas Nanang. Sudah lama saya merasa ada yang tidak beres dengan bagian belakang si hitam, bagian belakang tidak lagi rata, ada sedikit benjolan, namun saya belum terlalu kahwatir karena kondisi fisiknya masih normal, sampai akhirnya mbak Eka, mbak Kost saya tanpa sengaja membuka bagian belakang si hitam. Dari sinilah terungkap bahwa baterai si hitam sudah hamil, melembung. Dan mulai saat itu sampai sekarang, casing belakang si hitam sudah tidak bisaa lagi menutup sempurna. Dengan terpaksa casing belakang berganti tempat dengan lakban,, hiks,, hiks,,

Saat itu saya belum juga kapok. Sudah tau baterai sudah hamil, saya tidak dengan baik menjaga baterai si hitam. Apalgi diperparah dengan adanya facebook 0 rupiah, saya tambah gila saat ol, terus-menerus saya ol, bahkan saat masih penisisan energy baterai. Akibatnya, gelembung bateri kian besar dan parah, dengan usia kehamilan hampir 9 bula, baterai si hitam nampaknya sudah siap untuk melahirkan alias meledak- ou, pleas jangan sampai- si hitam juga tidak bisa menyimpan daya, di charge selama apapun jika sudah setengah jam, pasti akan mati dengan sendirinya. Saya menjadi miss charger, saya tidak lagi mempunyai hape nirkabel, tapi saya mempunyai hape yang lebih mirip dangan telepon rumah, dimana si hitam tidak bisa jauh dari sumber listrik.

Saya benar-benar mati gaya. Music player dan GPRS tidak pernah saya gunakan lagi. Si hitam adalah hape dengan fasilitas yang cukup lengkap, namun saya memanfaatkan si hitam seperti hape dengan standar fungsi –telefon dan sms, itu pun hanya sanggup menerima 10 sms saat tanpa kabel, setelah menerima SMS ke 11 maka dengan sendirinya si hitam akan pingsan, tanda dia lapar, butuh energi. Si hitam juga tidak nyaman untuk di simpan di saku, saat dikerluarkan lakbannya akan mengelupas dan bentuknya semakin tidak karuan. Sedih saya kehilangan si hitam-sambil melirik si hitam yang kian tragis nasibnya, dia sedang makan.

Saya bingung, si hitam sudah menemani saya dari semester III samapi sekarang saya semester VIII, maka atas dasar history, saya enggan mengganti si hitam dengan yang lain. Akhirnya saya berusaha mengumpulkan uang untuk membeli baterai baru. Kabar menyedihkan kembali saya dengar, baterai si hitam ternyata hanya ada yang asli dengan kisaran harga 45-50rbu, si hitam tidak mempunyai bateria KW I, KW II maupun KW III.. Benar-benar membuat saya cenat-cenut. Huft… what shoud I do?

Kamis, 28 april, 23.16 _efek dari kopi yang membuat saya terjaga_

Selengkapnya...